Lintas-Khatulistiwa.com. Pangkep, – 3 Juni 2025. Petani di Desa Kampung Gellengnge, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, patah hati karena 50 hektare sawah mereka terendam banjir. Hujan yang turun beberapa jam saja sudah membuat lahan tidak bisa ditanami padi, sehingga mengancam mata pencaharian mereka dan berpotensi memengaruhi ketahanan pangan daerah.
Menurut seorang petani dari Kampung Gellengnge, yang tidak mau disebutkan namanya, lahan tersebut berpotensi menghasilkan ribuan ton beras jika solusi jangka panjang untuk banjir yang terus terjadi dapat ditemukan. “Lahan ini dapat menghasilkan ribuan ton beras jika pemerintah mau membantu kami menemukan solusi untuk banjir ini,” keluhnya.
Akar permasalahannya, menurut para petani, terletak pada infrastruktur drainase dan irigasi yang tidak memadai. “Kami sudah mulai menyiapkan bibit padi, tetapi hujan satu hari saja sudah menyebabkan banjir bandang, yang menghancurkan persemaian kami. Sekarang seluruh lahan seluas 50 hektar itu tidak dapat digunakan lagi,” jelas petani yang frustrasi itu.
Berbicara kepada media Lintas-Khatulistiwa di lokasi di Kampung Gellengnge, petani paruh baya itu menyampaikan keluhannya. Ia menyatakan bahwa banjir tersebut bukanlah bencana alam, melainkan akibat sistem drainase yang buruk. “Sistem irigasi adalah masalahnya. Alih-alih mengalirkan air dari sawah, sistem irigasi malah mengarahkannya ke sawah. Lahan yang seharusnya menghasilkan berton-ton padi ini mengalami gagal panen setiap tahun dan hanya dapat dimanfaatkan pada musim kemarau,” jelasnya.
Para petani mengaku sudah berkali-kali menyampaikan aspirasi dan mengusulkan solusi melalui forum Musrembang Kel. Ma’rang, yang mengadvokasi pengerukan saluran irigasi dari hilir hingga ke sumbernya. Namun, aspirasi mereka tidak pernah ditanggapi. “Sudah hampir sepuluh tahun kami sampaikan di Musrembang, tapi belum ada solusinya. Mungkin pemerintah ragu-ragu mengalokasikan anggaran pengerukan sungai,” imbuh petani yang didampingi saudaranya itu.
Para petani sangat prihatin dengan minimnya perhatian dari pemerintah daerah dan nasional, terutama mengingat potensi hasil panen padi di lahan yang terdampak. “Sangat disayangkan bahwa pemerintah terkait justru mengabaikan lahan seluas 50 hektare ini, yang bisa menghasilkan ribuan ton beras setiap tahunnya,” kata mereka.
Dengan secercah harapan, para petani memohon kepada Presiden Prabowo Subianto, yang pemerintahannya memprioritaskan ketahanan pangan. “Bapak Presiden Prabowo Subianto sekarang memprioritaskan ketahanan pangan, yang pada hakikatnya adalah hasil kerja keras para petani. Namun, jika lahan seluas 50 hektare yang mampu menghasilkan ribuan ton beras itu diabaikan, maka prioritas ini hanyalah slogan belaka,” katanya dengan nada kecewa sembari menatap sawahnya yang tergenang air.
Di Kampung Gellengnge, terdapat empat kelompok tani, masing-masing beranggotakan 25 orang, yang semuanya hanya bisa berdiam diri dan menyaksikan sawah mereka berubah menjadi lautan air banjir, yang menyoroti kebutuhan mendesak akan campur tangan pemerintah untuk mengatasi masalah irigasi yang sudah berlangsung lama. Hal ini menggarisbawahi perlunya tindakan segera untuk mencegah kesulitan ekonomi lebih lanjut bagi masyarakat tani ini dan menjaga ketahanan pangan regional.