LINTAS-KHATULISTIWA.COM. Jumat, 17 Oktober 2025, Aula Hoegeng Sekretariat Kabinet RI terasa berbeda. Aura segar dan semangat baru terasa kental, seolah terpengaruh dari jejak langkah Sekretaris Kabinet, Teddy Indra Wijaya, yang baru saja menyelesaikan kunjungan kerjanya di Timur Tengah. Pertemuan rutin dengan para pegawai Sekretariat Kabinet hari itu bukan sekadar agenda formal, melainkan sebuah ajang untuk merajut kembali koneksi, mendengarkan denyut nadi organisasi, dan menyuntikkan inspirasi.
Seskab Teddy, dengan gestur terbuka dan penuh antusiasme, segera membuka forum diskusi. Ia tidak datang dengan segudang instruksi, melainkan dengan telinga yang siap mendengar. Aspirasi, masukan, bahkan keluhan yang mungkin diterima para pegawai dari masyarakat, semua diundang untuk disuarakan. Ini adalah sebuah pendekatan yang menunjukkan apresiasi mendalam terhadap peran setiap individu dalam mesin birokrasi yang kompleks. Keberanian untuk membuka ruang dialog seperti ini adalah bukti komitmen Seskab Teddy dalam membangun lingkungan kerja yang partisipatif dan responsif.
Di tengah pergantian angin diskusi, Seskab Teddy melontarkan sebuah pesan yang menggugah jiwa, seolah membawa esensi kecemerlangan yang ia saksikan di belahan dunia lain. “Dimanapun kita itu harus memberi warna, keberadaan anda harus terasa, ada & tidak adanya anda harus berpengaruh bagi lingkungan,” ujarnya dengan nada tegas namun penuh motivasi. Pesan ini menekankan pentingnya kontribusi individu, keunikan, dan dampak positif yang harus diciptakan oleh setiap pegawai. Ia menekankan untuk menguasai satu bidang dengan baik, menjadi ahli dalam sesuatu, sehingga keberadaan mereka menjadi tak tergantikan. “Kalau sekarang belum punya, coba cari,” ajaknya, mendorong para pegawai untuk terus belajar, berkembang, dan menemukan keunggulan diri.
Pertemuan yang sarat makna ini ditutup dengan sebuah momen yang lebih khidmat dan penuh penghormatan. Seskab Teddy, bersama seluruh jajaran pegawai Sekretariat Kabinet RI, memanjatkan doa tulus untuk Bapak Presiden Prabowo Subianto, yang pada hari itu genap berusia 74 tahun. Doa senantiasa terucap, memohon perlindungan Tuhan Yang Maha Besar, kesehatan, dan kekuatan bagi pemimpin bangsa. Harapan besar tersemat agar Presiden Prabowo senantiasa diberikan kemampuan untuk terus memimpin Indonesia menuju cita-cita kemandirian, kemajuan, dan kejayaan yang hakiki.
Hari itu, Aula Hoegeng bukan hanya menjadi saksi bisu sebuah pertemuan, tetapi menjadi témoin transformasi, di mana energi Timur Tengah berpadu dengan dedikasi para abdi negara, membentuk sebuah semangat baru untuk melayani dan membangun Indonesia yang lebih baik.”Pangkasnya”
Sumber: Tedy Indra Wijaya (Seskab RI)